Bila Istilah Inggris Lebih Akrab di Lidah Kita

Bila Istilah Inggris Lebih Akrab di Lidah Kita

Mencermati wacana lisan maupun tulisan di negeri kita ini ada fenomena yang menarik. Istilah-istilah Indonesia banyak yang tergusur oleh istilah-istilah Inggris. Orang dewasa ini lebih nyaman mengatakan ”dia ’resign’ dari perusahaan” ketimbang ”dia keluar dari perusahaan” atau ”dia ’mengundurkan diri’ dari perusahaan”. Khalayak juga lebih senang mengatakan ”akan ’refund’ akibat pembatalan jadwal kereta api” ketimbang ”akan ’mengajukan pengembalian uang’ akibat pembatalan jadwal kereta api”.

Kita lebih nyaman mengatakan ”meeting” ketimbang ”rapat”, mengatakan “member” ketimbang “anggota” dan bilamana akan menghentikan acara rapat atau diskusi sejenak, kita lebih suka menyebutnya dengan ”break” daripada ”istirahat” atau ”rehat”. Manakala kita ingin menyebarkan informasi kepada sahabat, maka kita akan berkata ”nanti aku ’share’ ke alamatmu” ketimbang ”nanti aku ’bagikan’ ke alamatmu”. Menyebut satuan barang yang akan dibeli kita lebih akrab menyebutnya dengan ”piece” ketimbang dengan ”buah” atau ”biji”.

Orang lebih sering menyebut ”backpack” daripada ”ransel” dan ”saya sedang ’packing’” ketimbang ”saya sedang berkemas”. Cinderamata atau kenang-kenangan sekarang lebih umum disebut dengan ”gift”. Nota tagihan kini lebih galib disebut dengan ”bill”. Penghasilan atau pemasukan lebih sering disebut dengan ”income” dan ruang bawah tanah kita sebut dengan ”basement”. Potongan harga atau rabat kita sebut dengan ”discount” dan harga obral kita sebut dengan ”sales”.

Kepastian akan sesuatu pemesanan sering kita ucapkan dengan ”confirm” atau ”confirmed” dan keprihatinan akan sesuatu kondisi kita ucapkan dengan ”concern”. Ucapan ”selamat” atas keberhasilan lebih sering diucapkan dengan ”congrats”atau ”congratulation’. Rekening bank juga lebih umum disebut dengan ”account”, pelanggan lebih lumrah disebut dengan ”customer”, membayar tunai kita lebih sering ucapkan dengan ”cash”, pernyataan lebih biasa diujarkan dengan ”statement”.

Istilah ”pemilik” (rumah, pabrik dsb) kita sebut dengan ”owner”, bahkan kata ”kantor” mulai tergusur dengan kata ”office”, libur kantor akhir minggu dinyatakan dengan ”weekend”. Dan yang memprihatinkan, sebutan ”makan pagi”, ”makan siang” dan ”makan malam” juga kita ganti dengan sebutan ”breakfast”, ”lunch” dan ”dinner”.

Apakah ini gejala globalisasi yang juga melanda negara-negara Asia lainnya dan tak perlu dicemaskan sebagai ancaman terhadap eksistensi bahasa Indonesia? Walahualam.

Halo, saya Yesica Ayu Maharani. Istri dari suami yang sangat baik. I am thankful to you for standing by my side during my good and bad times.

0 Comments: